akhir 2005 lalu, aku membantu sedikit persiapan pernikahan kakakku, budi & maya.
sebuah kalimat yang bolak-balik aku ketik, pindah sini, pindah sana dan bertanya sambil mengeluh "euuuhhhh ini kalimat segini doang tapi kok ga pas ditaro dimana2 yaaa.."
ya yaa.. permintaan calon mempelai waktu itu supaya sepotong kalimat dari ibu teresa itu dimasukkan ke dalam undangan dan buku misa.. wweerrrgghhhhhh... "iyaa cuma tempatnya ga pas nih.. elo motongnya juga begini pula, nanggung2 gini, jadiin 2 baris aja knapa siy?" tapi tetep loh kakakku yang perfeksionis itu ga mau jadi 2 baris, harus tetap 4 baris.. katanya supaya orang yang nanti baca bisa menghayati baris per baris, ga usah dibaca buru2, pokonya maknanya ketangkep..
fiiuuuhh.. kuli disain kan kerjaannya emang nurutin apa kata klien yaaa.. jadi yaa sudahlah.. jadilah seperti ini, agak ga enak di mata karena ga rata, tapi isinya tetap indah:
"...perjalanan hidup kita,
apakah tujuannya,
kalau bukan untuk
belajar mencintai?"
(ibu teresa dari calcutta)
semakin hari semakin akrab dengan kalimat itu membuat aku berpikir dan mencoba menangkap maknanya (yup! itu dia yang diharapkan si budi, maknanya ketangkep! hihihii..)
ternyata mencintai itu sulit, sepertinya kita harus selalu rendah hati dan mengakui bahwa kita ini adalah manusia yang masih dalam perjalanan mencari-cari kesenangan dan masih lebih sering memikirkan diri sendiri..
"baru setelah kita mengatakan 'ya' untuk mencinta, dan 'ya' untuk melupakan diri, maka kita akan merasakan bahwa kehidupan kita berarti.." (john powell - mengapa takut mencinta)
Wednesday, September 17, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment